Monday, April 9, 2007

Menjual Kepercayaan


Sorry, agak narsis nih..he..he..

Sebenarnya aku hanya mo nunjukin. Kalo essay tentang diriku yang aku tulis ini telah memenangkan sebuah handphone canggih Pantech : kamera 2 megapixel, video, mp3, radio de el-el. Intinya dalam hidup ini kita emang harus punya karakter yang kuat.

Menjual Kepercayaan

“Mengapa Memilih Anda” hmm….tema yang cukup menggelitik saya untuk mengeksplor diri lebih dalam. Sebuah proses refleksi untuk mengenali, memahami diri apa adanya dan seutuhnya. Dalam diri ini hakikatnya sumber kekuatan hidup. Sekalipun untuk mengenali Tuhan, terlebih dulu harus mampu mengenali lebih dalam siapa sesungguhnya diri ini, tentang dari mana, hendak kemana, dan akan kemana bermuara. Mengutip pernyataan orang bijak, kalau kita sudah mengenal diri, kemenangan sudah diraih. Segala potensi yang dimiliki termasuk kekurangan yang ada senantiasa harus dikelola untuk mencapai kesuksesan. Proses pengelolan diri inilah yang terus saya upayakan demi meraih kesuksesan. Kendati ukuran kesuksesan itu berbeda bagi sebagian orang. Bagi saya, kesuksesan itu adalah apabila saya bisa menjadi manusia yang berarti di manapun saya berada. Klasiknya, berhasil menjadi manusia yang berguna bagi agama, orang tua, dan masyarakat. Inilah yang senantiasa saya pegang teguh dan menjadi motto hidup.

Saya berpandangan, hidup ini adalah amanah Allah. Dalam hal ini saya muslim. Amanah artinya kepercayaan, yang didalam tersimpan tanggung jawab. Saya harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan saya kepada Sang Khalik, bukan hanya kepada manusia. Secara riel, saya terus berupaya menjadi manusia yang bertanggung jawab terhadap perbuatan saya sekecil apapun. Saya merasa menjadi manusia yang gagal apabila lingkungan sekitar tidak mempercayai saya, tidak nyaman dengan kehadiran saya.

Selepas kuliah di Universitas Padjajaran, awal 2003 saya bekerja secara profesional sebagai wartawan di sebuah majalah bisnis dan hukum di Jakarta. Dalam seminggu, saya ditargetkan mengumpulkan 8 berita. Wah, pengalaman yang sangat menantang karena ternyata tidak mudah ‘menguber’ sumber berita. Seperjalanan saya menjalani profesi wartawan, kepercayaan merupakan modal sangat penting. Beberapa kali saya sering mendapatkan kepercayaan narasumber untuk memegang rahasia dan saya pegang itu. Karena kepercayaan itu juga saya mudah menginterview narasumber. Redaktur pun puas dengan hasil kerja keras saya, karena saya optimal menulis.

Pada saat menulis saya mencoba melihat realitas dari sisi lain. Mencoba untuk netral. Meski disadari untuk netral sangatlah sulit. Seringkali nurani berbicara menggiring saya untuk memilih sisi yang tepat. Dunia ini penuh dengan persepsi. Realitas pun tak lain adalah proses kita mengolah persepsi sehingga munculah warna hitam, putih, merah, kuning dll. Saya harus punya karakter. Warna apa yang harus saya tampilkan. Saya tunjukkan pada dunia bahwa “saya ada, selama saya masih berfikir”. Saya tidak mau dicap sebagai orang yang abu-abu. Orang yang tidak punya prinsip. Salah satu prinsip saya adalah “Saya memegang teguh kepercayaan orang yang diberikan ke saya, saya pun sangat membenci orang yang mengkhianati kepercayaan. Apalagi orang yang tidak bertanggung jawab.

“Prinsip ‘Kepercayaan’ ini yang membuat saya tertantang untuk mengeksplorasi kemampuan diri lebih dalam, terutama dalam hal profesionalitas kerja, saya menjadi percaya diri. Setiap orang yang mempercayai saya, artinya serentetan tanggung jawab harus berani saya pikul. Namun begitu, saya pun jujur mengenai kemampuan diri. Kalau sekiranya saya tidak mampu mengerjakan sesuatu hal, saya akan mengatakan apa adanya.

Kini saya bekerja di Palang Merah Indonesia Pusat. Awalnya sebagai webeditor, setelah saya melahirkan putri pertama, saya ditempatkan sebagai sekretaris pengurus. Rencananya April ini akan ditempatkan sebagai editor HIV/AIDS. Saya sangat menikmati pekerjaan ini. Saya berfikir, setiap detik saya bekerja artinya saya menolong orang lain. Motivasi ini yang terus membakar semangat saya untuk berbuat yang terbaik. Dari segi materi, mungkin saya belum dapat memberikan yang berlebih kepada orang yang membutuhkan. PMI banyak membantu masyarakat yang tertimpa musibah bencana dan wabah penyakit. Di situlah saya dapat berkontribusi salah satunya melalui tulisan-tulisan dan berharap semoga ada donatur yang membaca sehingga termotivasi untuk mendonasikan bantuannya melalui PMI.

Dalam bekerja saya bukanlah tipe orang yang mau menonjolkan diri. Saya berpandangan teman-teman rekan kerja adalah tim. Saya harus bisa bekerja dalam tim. Saya tidak akan berarti apa-apa tanpa dukungan tim. Kita harus saling mengisi. Tidak berupaya menjatuhkan orang lain demi kepentingan popularitas diri semata. Apalagi mempreteli kesalahan orang atau kekurangan orang. Hal itu berusaha sekuat tenaga saya hindari. Saya selalu menerapkan rekan-rekan kerja untuk saling membantu, memotivasi dan men-support untuk mencapai tujuan. Memang sangat diperlukan kelapangan hati untuk dapat memahami karakter orang yang beraneka ragam. Terkadang rasa egoisme selalu muncul. Namun justru inilah perjuangannya. Mengelola hati untuk selalu berfikir positif dan bersabar. Untuk itu dibutuhkan orang-orang baik yang dapat mengingatkan saya apabila khilaf. Orang terbaik saya ssat ini tempat saya berkeluh kesah dan bertukar pikiran adalah suami. Suami yang kerapkali mengingatkan jika saya berbuat berlebihan yang dipandang kurang baik.

Dalam hidup, saya mempunyai impian dapat selalu membantu orang lain baik dari segi moril maupun materi. Saya ingin apa yang tersisa dari hidup ini bisa bermanfaat bagi orang lain.

Demikian selintas uraian tentang diri saya.

No comments: